Beranda | Artikel
Belajar Tauhid at-Tarbiyah [4]
Rabu, 12 Oktober 2016

Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada hamba dan utusan-Nya nabi akhir zaman pembawa rahmat bagi seluruh insan. Amma ba’du.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, alhamdulillah kita bertemu kembali dalam pelajaran tauhid; sebuah pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi setiap manusia di muka bumi ini. Karena tauhid inilah perintah agung yang diberikan oleh Allah kepada kita. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)

Beribadah kepada Allah artinya adalah tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya dengan dilandasi kecintaan dan pengagungan yang disertai perasaan harap dan takut. Berharap akan rahmat dan ampunan-Nya serta takut akan hukuman dan murka-Nya. Inilah yang setiap hari dibaca oleh kaum muslimin di dalam sholatnya, ketika mereka mengucapkan ‘iyyaka na’budu’ yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah…” (al-Fatihah)

Ibadah kepada Allah adalah kebutuhan setiap insan. Dengan ibadah itulah dia akan meraih kebahagiaan dan keselamatan. Sebab pada hari kiamat nanti yang bahagia dan selamat hanyalah mereka yang menghiasi hidupnya dengan iman dan tauhid. Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari itu (kiamat) tidaklah berguna harta dan keturunan kecuali bagi orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (asy-Syu’araa’ : 88-89)

Ibadah kepada Allah mencakup melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Perintah yang paling agung adalah tauhid; yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, sedangkan larangan yang terbesar ialah syirik; yaitu beribadah kepada selain Allah di samping kepada Allah. Setiap rasul diutus oleh Allah untuk mengajak umat kepada tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya syirik. Allah berfirman (yang artinya), “Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat; seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’.” (an-Nahl : 36)

Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa tauhid merupakan sebab kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebab Allah mengutus para rasul guna membimbing manusia menggapai kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat. Inilah nikmat agung yang banyak dilalaikan oleh manusia; yaitu nikmat hidayah dan keimanan. Padahal, dengan hidayah dan iman itulah manusia akan selamat dari kesengsaraan dan kehancuran. Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah yang diberikan petunjuk.” (al-An’am : 82)

Semakin bersih iman seorang muslim dari syirik niscaya semakin besar hidayah yang akan diberikan kepadanya dan semakin besar pula keamanan yang dia dapatkan sebagai anugerah dan pemberian Allah kepada hamba-hamba-Nya yang bertauhid. Karena itulah orang yang bertauhid akan bisa merasakan nikmatnya iman dan kebahagiaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pasti akan merasakan lezatnya keimanan; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa mencari kebahagiaan tanpa iman dan tauhid adalah suatu hal yang mustahil adanya. Kalau pun ada kebahagiaan padanya itu hanya bersifat sementara dan semu belaka. Apakah artinya kebahagiaan -dengan harta dan materi- yang sifatnya hanya sementara jika dibandingkan dengan azab neraka yang menyala-nyala dan tiada habisnya? Akankah kita buang kenikmatan surga yang abadi hanya demi mengais kesenangan dunia yang sementara?!

Untuk mengunduh materi buka di sini : belajar-tauhid-4


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/belajar-tauhid-at-tarbiyah-4/